HUBUNGAN PENELITIAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
oleh : Hamsiati
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu
pengetahuan berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya. Manusia
dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin tahu tersebut telah dapat ditemukan
sejak manusia masih kanak – kanak. Pertanyaan – pertanyaan seperti “ini apa?”,
“ itu apa?” “menagapa begini?”, “ mengapa begitu?”, “bagaimana hal itu bias
terjadi?”, bagaimana memecahkannya?” akan ditemukan sepanjang sejarah manusia,
dan manusia dengan dorongan rasa ingin tahunya akan senantiasa berusaha mencari
jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tersebut.
Adanya
dua wujud tanggapan manusia terhadap realitas alamiah yaitu disamping ia
mengamati alamnya sebagai sesuatu yang statis, ia juga mengamati alamnya
sebagai sesuatu yang berubah dan berkembang atau sbagai sesuatu yang dinamis,
merupakan salah satu penyebab munculnya persoalan yang mendorong manusia untuk
selalu mencari jawabannya. Pencaraian jawaban itu dilakukannya melalui
penelitian terhadap realitas alamiah yang memunculkan persoalan tersebut.
Dengan demikian, penelitian tidak lain adalah ikhtiar manusia yang dilakukan
daam upaya pemecahan masalah yang dihadapi.[1]
Namun,
patut dicatat bahwa tidak semua kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan
masalah disebut penelitian. Hal ini sangat tergantung pada jenis masalah yang
ingin dicari jawabannya serta prosedur ( cara) yang digunakan dalam pemecahan
masalah tersebut. Apabila masalah yang ingin dicari jawabannya itu merupakan
masalah biasa dan prosedur pemecahannya dapat dilakukan secara langsung, tidak
dapat dikategorikan sebagai penelitian ilmiah. Mislanya, seseorang yang ingin
mengetahui penyebab kakinya tersa sakit bila berjalan, karena duri yang
tertusuk ke dalam kakinya masih tertinggal. Oleh karena itu untuk mengetahui
penyebab kakinya terasa sakit dapat dilakukan secara langsung dengan
mengeluarkan duri yang masih tertinggal di dalam kakinya itu.
Penelitian
merupakan semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah
dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip –
prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan
tingkat ilmu serta teknologi.[2]
Penilitian
ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger ( 1993 ) adalah penelitian yang
sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi – proposisi
hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.[3]
Penelitian
bahasa adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis
terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur ( bahasa ).
Penelitian
terhadap objek sasaran yng berupa bahasa ( bunyi tutur ) itu dikatakan
sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik dan
terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian
yang berupa bunyi tutur itu( termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu
secara cermat dan terinci; penyeleksian dan penentuan variable – variable dan
instrumen – instrumen yang akan digunakan); menghubungkan maslah tersebut
dengan teori – teori linguistik tertentu; penyediaan data, analisis,
interpretasi data; sampai pada penarikan kesimpulan serta menggabungkan
kesimpulan – kesimpulan tersebut ke dalam khazanah ilmu bahasa ( linguistik ).
Terkontrol,
maksudnya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam masing – masing tahapan
itu dapat dikontrol baik proses pelaksanaan kegiatannya maupun hasil yang
dicapai melalui kegiatan tersebut. Hal ini memungkinkan pakar lain yang
berminat melakukan hal yang sama untuk pengujian kembali hasil yang dicapai
dari penelitian yag pernah dilakukan. Termasuk dalam sifat terkontrol ini
adalah penggunaan metode dan teknik – teknik tertentu ( tentunya terkandung
pula makna pengabaian metode dan teknik tertentuyang sengaja tidak dipilh
karena sesuatu alasan ) memiliki dasar logika pemilihan yang dikaitkan dengan
sasaran yang hendak dicapai. Dari sinilah si peneliti dapat mengontrol
pemilihan dan tujuan pemilihan penggunaan metode atau teknik tertentu itu.
Penelitian
bahasa yang bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang menjadi
objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar – benar hidup dalam
pemakaian bahasa, jadi benar- benar bersumber pada fakta lingual yang
senyatanya digunakan oleh penuturnya, bukan fakta lingual yang diikirkan oleh
si penutur yang menjadi informannya. Adapun yang dimaksudkan dengan penelitian
bahasa yang bersifat kritis adalah kritis terhapap hipotesis – hipotesis
tentang hubungan yang diperkirakan terjadi antara bunyi tutur sebagai objek
penelitian bahasa dengan fenomena ekstralingual yang memungkinkan bunyi tutur
itu muncul. Sebagai contoh, dalam kajian variasi bahasa ( kajian secara
dialektologis) mungkin kita akan tergoda untuk membuat suatu hipotesis bahwa
suatu bahasa dapat memunculkan berbagai varian yang disebabkan factor perbedaan
tempat tinggal penutur- penutur bahasa tersebut. Hipotesis tentang munculnya
varian dalam bahasa tertentu ini mungkin ada benarnya, tetapi kita juga tidak hanya
terpaku pada hipotesis ini karena ternyata berbagai kelompok penutur bahasa itu
yang berbeda tempat tinggalnya secara secara geografis tidak juga membuat makna
tertentu memiliki realisasi secara formatif berbeda. Dapat saja perbedaan itu
muncul karena factor sosio – psikologis penutur – penutur bahasa itu, yang
ingin tampil dengan bentuk bahasa yang berbeda pada medan makna tertentu.,
seperti munculnya varian yang bersifat sosiologis yang tidak lagi terkait
dengan factor perbedaan tempat tinggal penuturnya. Selain itu, pengertian
kritis dapat pula mengandung makna kreatif, yaitu jika si peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya dengan menggunakan metode penyediaan data tertentu dalam tahapan
penyediaan data, ternyata dengan metode itu data yang diharapkan muncul tidak
juga terjaring. Maka, dia harus segera melakukan revisi metodologi, jadi tidak
terpaku pada apa yang telah direncanakan, tetapi harus berani mengubah rencana
jika tidak mencapai apa yang diharapkan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah ini, rumusan masalah dapat dibatasi sebagai berikut:
1.
Apa hubungan
ilmu pengetahuan dengan penelitian?
2.
Apa pengertian,
tujuan dan karakteristik Penelitian?
3.
Bagaimana asas
– asas penelitian itu?
4.
Bagaimana
Penggolongan penelitian itu ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu
pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu
pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara
– cara penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu
pengetahuan. Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang
sama, yaitu menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang
diperoleh berdasarkan data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut
caraatau prosedur ilmiah.
Dalam
sejarah upaya mencari kebenaran ilmiah ini semua disiplin ilmu, termasuk ilmu
bahasa ( linguistik ) telah mengalami beberapa tahap perkembangan, yaitu tahap
spekulasi, tahap observasi, dan tahap penyusunan teori.[4]
Misalnya
dalam bidang linguistik tahap pertama, yaitu tahap spekulasi, berlangsung dan
terjadi ketika orang merumuskan atau menjelaskan kaidah berdasarkan spekulasi
belaka, tanpa didukung oleh dataempiris. Misalnya, sampai abad pertengahan
banyak orang berpendapat bahwa pada mulanya hanya ada satu bahasa, yaitu bahasa
Ibrani. Kemudian karena orang – orang banyak berdosa maka Tuhan menghukum
mereka dengan memberinya berbagai bahasa yang berbeda agar mereka susah
berhubungan satu sama lain. Pendapat seperti ini jelas tidak ada data
empirisnya. Oleh karena itu, pendapat seperti ini bias dikatakan hanyalah
berdasarkan spekulasi belaka. Contoh lain, sampai akhir abad ke -17 seorang
filosuf Swidea menyatakan bahwa di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swidea.
Adam berbicara dalam bahasa Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa prancis.[5] Pendapat inipun bersifat
spekulatif karena tidak ada data empirisnya. Oleh karena itu kesimpulan yang
dibuat pada tahap spekulasi ini adalah tidak bersifat ilmiah.
Tahap
kedua disebut tahap observasi dan terklasifikasi.
Pada tahap ini para ahli hanya mengumpulkan dan mengklasifikasikan data bahasa
secara cermat tanpa membuat suatu teori. Penelitian atau kajian seperti ini
belum dapa dikatakan brsifat ilmiah karena belum sampai pada perumusan teori
atau peumusan hipotesis. Enelitian tahap dua ini di Indonesia banyak dilakukan
oleh para pakar asing ( Belanda, Jerman, dan sebagainya) terhadap bahasa
–bahasa di Indonesia sebelum perang dunia kedua. [6] Untuk penelitian lebih
lanjut hasil penelitian mereka besar sekali sumbangannya, dan keberadaanya
tidak bisa diabaikan begitu saja. Malah rasanya kita pun kini masih harus
melakukan observasi dan klasifikasi terhadap bahasa – bahasa daerah yang ada di
Indonesia mengingat etapa luasnya bahasa – bahasa daerah yang perlu di data dan
didokumentasikan untuk kepentingan pembangunansecara umum.
Dewasa
ini penelitian dalam bidang linguistik telah memasuki tahap ketiga, tahap
penelitian sebenarnya yang bersifat ilmiah karena pada tahap ini telah diajukan
pertanyaan – pertanyaan terhadap masalah – masalah yang diteliti, pengajuan
hipotesis dan pengujiannya dengan data – data empiris yang dikumpulkan.
Pelbagai aspek bahasa Indonesia ( dan juga bahasa – bahasa daerah ) telah
diteliti orang secara ilmiah dengan menggunakan teori tertentu.
Kalau
dikatakan ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang erat, dimana
prosesnya tampak berjalinan, memanglah tidak dapat disangkal. Umpamanya,
sebelum orang “ mengenal” ikan paus, ikan lumba – lumba, dan ikan pesut, orang
sudah mempunyai pengetahuan ( yang dirumuskan berdasarkan penalaran induktif )
bahwa ikan bernapas dengan insang. Namun, kemudian, dengan ditemukannya data
dan fakta bahwa ketiga ikan tersebut tidak bernapas dengan insang. Melainkan
dengan paru – paru, maka menjadi tantangan bagi kita untuk meneliti lebih
lanjut dan merumuskan teori baru apa sebenarnya yang menjadi cirri hakiki
binatang yang disebut dengan ikan itu. Sebab teori atau kesimpulan bahwa ikan
bernapas dengan insang menyatakan bahwa ketiga binatang itu ( paus, lumba –
lumba, dan pesut ) bukanlah ikan, dengan alasan karena ketiganya tidak bernapas
dengan insang padahal wujud fisiknya adalah ikan.
Contoh
lain, dalam bidang linguistik Indonesia ada rumusan bahwa bunyi {p} pada awal
kata akan luluh menjadi bunyi nasal {m} apabila diberi prefix {me-}. Namu kin
banyak data empiris ditemukan yang menyalahi kaedah itu, seperti pada kata mempunyai,
mempesonakan, mempedulikan dan mempengaruhi. Dewasa ini memang ada surat
kabar (yaitu Media Indonesia) yang meluluhkan konsonan {p} pada keempat
kata itu; tetapi secara umum, dalam khalayak yang lebih luas, konsonan {p} pada
keempat kata itu tidak diluluhkan.[7] Contoh lain dalam pelbagai
kajian struktural terhadap Bahasa Indonesia ada kaidah yang menyatakan bahwa
ciri kata- kata yang berkategori ajektifa adalah dapat diberi kata keterangan
tingkat sangat.[8]
Namun, banyak data empiris yang bukan berkategori ajektifa dapat diberi kata
keterangan sangat. Misalnya, sangat membantu, sangat berhasil, dan
sangat mengecewakan. Jadi, kaidah bahwa penanda kelas ajektifa adalah
kata sangat perlu dikaji kembali.
Dari
contoh yang diberikan tampak bahwa suatu teori yang telah menjadi pengetahuan
umum dapat berubah apabila dalam penelitian lebih jauh ditemukan data- data
empiris baru yang menyangkal keabsahan teori atau kaidah tersebut.
Proses
penelitian yang merumuskan teori dari data empiris ( yang telah dikumpulkan )
disebut menggunakan metode induktif atau penalaran secara induktif. Lalu,
kemudian kalua teori yang telah dirumuskan itu diujji kembali dengan data
empiris lain yang baru didapati atau ditemukan disebut menggunakan metode
deduktif atau penalaran secara deduktif. Penelitian Bahasa menggunakan metode
itu,sebab penelitian bahasa terjadi dan harus dilakukan secara berulang- ulang
terus – menerus dimulai dari data ke teori, ke data baru, ke teori lagi, ke
data baru lagi dan seterusnya. Asas ini sesuai dengan prinsip keilmuan yang
bersifat dinamis dan tak kenal henti.
Dengan
demikian dapat dilihat bahwa ilmu dan penelitian merupakan dua fenomena yang
terikat satu sama lain dalam suatu proses berkesinambungan yang disebut proses
ilmiah atau proses kegiatan ilmiah.
B.
Pengertian,
Tujuan, dan Karakteristik Penelitian
1)
Pengertian
Penelitian
Penelitian merupakan
bentuk nomina dari kata kerja: meneliti. Pengertian meneliti dimaksudkan sebagai
tindakan melakukan kerja penyelidikan
secara cermat terhadap suatu sasaran untuk memperoleh hasil tertentu. Kata
penelitian yang merupakan bentuk pembendaan dari kata kerja meneliti mengandung makna sebagaimana yang
terdapat pada kata meneliti. Penelitian dipandang sebagai sinonim riset
(reseach) yang menunjukkan arti kegiatan yang diarahkan pada kerja pencarian
ulang, atau pencarian kembali atas suatu objek, yaitu kegiatan yang memerlukan
ketelitian, kecermatan, dan kecerdasan yang memadai.
Penelitian
menurut para ahli:
Sukardi dalam bukunya menjelskan
penelitian itu adalah cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk
mencari jawaban permasalahn atau proses penemuan, baik itu discovery
maupun invention.[9]
Soerjono
Soekanto mengemukakan, Penelitian merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan
secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan
manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.[10]
Sanapiah
Faisal mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu
aktivitas dalam menelaah suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara
tertata dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan
kebenarannya mengenai dunia alam dan dunia sosial.[11]
Penelitian dapat didefinisikan
sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika
dan didukung oleh fakta empiric. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah
kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data,
pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data dengan menggunakan
metode dan teknik tertentu.[12]
Hill Way diungkapkan
dalam bukunya Introduction to Research yang mendefinisikan bahwa
penelitian merupakan metode studi yang sifatnya mendalam dan penuh
kehati-hatian dari segala bentuk fakta yang bisa dipercaya atas suatu masalah
tertentu guna untuk membuat pemecahan masalah tersebut.[13]
Parson mengungkapkan
bahwa penelitian ialah suatu pencarian atas segala sesuatu yang dilakukan
secara sistematis, dengan penekanan bahwa pencariannya dilakukan pada
masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan penelitian.[14]
Berdasarkan berbagai definisi tersebut,
maka kesimpulan dari penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan
untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu masalah
atau pengetahuan guna mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut.
2)
Tujuan
Penelitian
Sugiyono mengemukakan bahwa
setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan
penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan
pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah
data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian
berarti data yang diperoleh itu dipergunakan untuk membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan
berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.[15]
Hal ini sejalan dengan
pendapat Siti Mania, terkait ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan
umum penelitian yaitu:
a.
Tujuan eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu
( ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh
melalui penelitian betul – betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Bahasa
yang berbeda dapat dikatakan bahwa tujuan eksploratif bertujuan untuk
mengetahui suatu gejala atau peristiwa melalui penjajakan yang dilakukan secara
tidak sistematis, tidak berpola, tidak berdasar pada hipotesis dan tidak
melakukan penarikan sampel. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode bola
salju, yaitu dengan jalan bertanya pada satu responden yang kemudian
dilanjutkan kepada responden yang lain, sampai diperoleh jawaban yang
memuaskan. Misalnya suatu penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpinan
efektif dalam MBS.
b.
Tujuan verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran
dari sesuatu ( ilmu pengetahuan) yang tela ada. Data penelitian yang diperoleh
digunakan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya
kepemimpinan.
c.
Tujuan pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan
sesuatu ( ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk
mengembangakan atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Contohnya
penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran Bahasa
Arab yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran bidang studi lain.[16]
Dan peranan penelitian meliputi :
- Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
- Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
- Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
3) Karakteristik
Penelitian
Penelitian ilmiah mempunyai delapan karakteristik utama
yaitu: ada tujuan, ada keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung
presisi dan keyakinan, obyektif, berlaku umum, dan efisien.[17]
a. Ada tujuan
Suatu penelitian suatu penelitian dimaksudkan untuk dapat
membantu memcahkan masalah. Meskipun penelitian tidak memberi jawaban langsung
terhadap permasalahn akan tetapi hasilnya harus mempunyai kontribusi dalam
usaha pemecahan masalah. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan
fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi keputusan
serta tindakan pemecahan masalah. Oleh karena itu, penelitian memiliki yujuan
yang lebih luas daripada sekedar melihat hubungan yang terjadi diantara
variable atau gejala yang diteliti. Di samping itu, penelitian juga mempunyai
tujuan yang lebih dalam daripada sekedar memperlihatkan perbedaan yang ada di
antara kelompok – kelompok subyek yang terlihat dalam sampel.
b. Ada keseriusan
Keseriusan dalam penelitian mengandung arti ada
kehati-hatian dan kepastian. Karena itu diperlukan dasar teori yang baik dan
rancangan penelitian yang mantap sehingga keseriusan penelitian juga meningkat.
Oleh karena itu penelitian harus didasarkan pada jumlah sampel yang
refresentatif dan dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang
benar.
c. Dapat diuji
Suatu penelitian hendaknya menampilkan hipotesis yang dapat
diuji dengan menggunakan metode statistic tertentu. Pengujian tersebut
didasarkan atas pengalaman – pengalaman lembaga – lembaga lain dan juga atas
dasar hasil penelitian sebelumnya. Dari kegiatan pengujian tersebut dapat
ditemukan apakah hipotesis itu ditolak atau diterima.
d. Dapat direplikasikan
Hasil uji hipotesis yang merupakan penemuan penelitian itu
harus berkali – kali di dukung dengan kejadian yang sama apabila penelitian itu
harus dilakukan berulang – ulang dalam kondisi yang sama. Kalau hal itu
terjadi, maka dapat diyakini bahwa penelitian tersebut bersifat ilmiah.
Artinya, hipotesis penelitian diterima bukan karena kebetulan.
e. Presisi dan keyakinan
Presisi menunjukkan seberapa dekat penemuan itu terhadap
realita atas dasar sampel yang digunakan. Presisi mencerminkan derajat
kepastian dari penemuan terhadap gejala yang dipelajari. Keyakinan menunjukkan
kemungkinan dari kebenran estimasi yang dilakukan. Hasil estimasi tidak hanya
perlu tepat tetapi juga dikatakan bahwa 95 % dari seluruh kesempatan yang ada
akan ditemuka bahwa hasil penelitian benar 5 % menyatakabn bahwa penemuan tidak
benar. Pada umunya penemuan itu diterima dan biasanya dinyatakan sebagai
derajat kepastian (significance level ) sebesar 5 %. Semakin tepat dan
meyakinkan sasaran penelitian maka semakin ilmiah penyelidikan yang dilakukan
dan semakin berguna pula hasil penelitian tersebut.
f. Obyektivitas
Kesimpulan yang ditarik dari suatu penelitian harus bersifat
obyektif, artinya hasil tersebut harus didasarkan pada fakta yang diperoleh
dari data aktual dan bukan atas dasar penilaian subyektif.
g. Berlaku umum
Semakin berlaku umum hasil suatu penelitian akan semakin
berguna penelitin tersebut. Hasil penelitian yang berlaku umum menunjuk pada
cakupan dari ada tidaknya hasil penelitian itu diterapkan dalam berbagai
keadaan. Semakin luas cakupan penerapan yang dapat ditimbulkan oleh hasil
penelitian itu akan semakin berguna penelitian tersebut bagi mereka yang
menggunakannya.
h. Efisien
Efisien dapat dicapai jika peneliti dapat membangun kerangka
penelitian yang melibatkan sedikit variabel, namun dapat menjelaskan suatu
kejadian daripada banyak variabel, tetapi hanya sedikit menjelaskan variasi
dari variabel atau gejala yang ingin dijelaskan. Oleh karena itu, kesederhanaan
dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dan aplikasi pemecahan masalhnya
seringkali lebih disukai daripada kerangka penelitian yang kompleks yang
menunjukkan sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola.[18]
C.
Asas Asas
Dasar Penelitian
Secara umum asas-asas
dasar penelitian meliputi:
1.
Sistematis
Proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah – langkah tertentu yang
bersifat logis.[19]
2.
Menghasilkan
pengetahuan yang:
a.
Valid : berhubungan
dengan seberapa jauh hasil penelitian dapat diinterpretasi (dimaknai) secara
akurat dan seberapa jauh hasilnya dapat digeneralisasi dan diimplemetasikan
pada populasi dan situasi yang lain
b.
Validitas internal
mengarah kepada ketepatan pemahaman hasil penelitian dan validitas eksternal
mengarah kepada penggeneralisasian hasil penelitian
c.
Realibel internal
menunjukkan seberapa jauh pengumpulan data, analisis data dan pemahaman yang
dilakukan penelitian konsisten dalam pemaknaan; realibel eksternal menunjukkan
seberapa jauh peneliti lain yang independen dapat mengulang penelitian dan
menunjukkan hasil yang sama dalam setting yang serupa.
d.
Objektif mengarah
kepada penelitian yang terbebas dari campur tangan atau unsur-unsur subjektif
3.
didukung data empiris[20]
data
– data yang diperoleh dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui data – data yang ada.
D. Penggolongan Penelitian
Penelitian
berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :
1.
Penelitian dasar
(basic Reasearch) bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Jenis
penelitian in tidak berorientasi pada hasil yang dapat dimanfaatkan dengan
segera untuk memecahkan problem yang mendesak.
2.
Penelitian terapan
(applied Reasearch) bertujuan untuk memecahkan problem mendesak dan hasilnya
dapat dimanfaatkan dengan segera dalam kehidupan praktis. Salah satu tipe dari
penelitian terapan adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian ini
dilakukan oleh guru atau manager atau administrator bertujuan untuk bahan
pengambilan keputusan dalam ruang lingkup lokal. Penelitian ini tidak banyak
menuntut untuk melakukan generalisasi.[21]
Berdasarkan desain metodologinya, penelitian
digolongkan menjadi:
1.
Penelitian
experiment: mengandaikan situasi penelitian di mana peneliti setidaknya
memanipulasi satu variabel penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hasil
yang berbeda dari pengaturan atau perubahan variable independen tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mencari hubungan sebab akibat.
Karena itu penelitian ini juga dikenal dengan istilah penelitian
kausal-komparatif.
2.
Penelitian ex-post
facto: peneliti tidak berusaha mengendalikan atau
mengatur/mengontrol/memanipulasi variabel independen karena variabel
penelitiannya sudah terjadi. Variabel independen tersebut biasanya muncul atau
terjadi dalam setting alami. Dari variabel-variabel yang telah muncul secara
alami tersebut, peneliti berusaha menemukan hubungan antar variabel.
3.
penelitian survey:
mengendalikan variabel penelitian yang dilakukan saat penelitian dilaksanakan.
Ciri yang membedakan penelitian survey ini dengan penelitian lainnya adalah
data pada penelitian survey merupakan current status (present conditions).
4.
penelitian historis:
merupakan kegiatan penelitian untuk memecahkan masalah di mana peneliti
menggali data yang telah terjadi pada masa lampau. Tujuannya untuk
mendeskripsikan fakta-fakta pada masa lampau.
5.
Penelitian
ethnography: pada umumnya dihubungkan dengan penelitian-penelitian pada
antropologi. Untuk penelitian-penelitian kemasyarakatan, ethnography merupakan
pendekatan penelitian. Penelitian ini merupakan pendeskripsian secara analitik
dan mendalam tentang situasi cultural yang spesifik.
6.
Content analysis;
berusaha menganalisis dokumen untuk diketahui isi dan makna yang terkandung
dalam dokumen tersebut. Macam-macam dokumen yang dijadikan data penelitian di
antaranya: karangan tertulis, gambar, grafik, lukisan, biografi, fotografi,
laporan, buku teks, surat kabar, film, buku harian, dan majalah. [22]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu
pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu
pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara
– cara penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu
pengetahuan. Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang
sama, yaitu menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang
diperoleh berdasarkan data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut
caraatau prosedur ilmiah.
Penelitian
adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan
serta menguji kebenaran suatu masalah atau pengetahuan guna mencari
solusi atau pemecahan masalah tersebut. Secara umum tujuan
penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan
pengembangan. Peranan penelitian meliputi: pemecahan Masalah dan memberikan
jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan.dan Penelitian ilmiah
mempunyai delapan karakteristik utama yaitu: ada tujuan, ada keseriusan, dapat
diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan, obyektif, berlaku
umum, dan efisien.
Secara umum asas-asas
dasar penelitian meliputi: Sistematis, menghasilkan pengetahuan yang( valid ,validitas
internal ,realibel internal; realibel eksternal, Objektif), dan didukung data
empiris.
Penelitian
berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu : Penelitian
dasar (basic Reasearch),Penelitian terapan (applied Reasearch) dan berdasarkan
desain metodologinya, penelitian digolongkan menjadi: Penelitian experiment, penelitian
ex-post facto, penelitian survey, penelitian historis, penelitian ethnography,
dan content analysis.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. Kajian Bahasa, Struktur Internal, Pemakaian, & Pemelajaran, Jakarta:
Rineka Cipta. 2007.
Ghony,
M. Djunaidi & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Jogjakarta: Ar- ruzz Media. 2012
Mahsun,
Metode Penelitian Bahasa,Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (edisi
revisi), Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Mania,
Siti, Metodologi Penelitian Pendidikan & Sosial, Makassar: Alauddin
University Press. 2013.
Moleong,
Lexi j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
2007.
Muhadjir,
Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin,
2002.
Nazir,
Muh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005
S.
Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
1997.
Sugiyono,
Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta: 2009
Sukardi,
Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi & Praktiknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2011.
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html.
Diakses pada 08 Oktober 2015
[1]
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, metode, dan tekniknya,
edisi revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h.1
[2]
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,( Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1997). h. 1
[3]
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, metode, dan tekniknya.
h. 2
[4]
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,(
Jakarta: Rineka Cipta, 2007). h. 1
[5]
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,
h. 2
[6]
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,
h. 2
[7]
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,
h. 3
[8]
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,
h. 3
[9]
Sukardi, Metodologi
Penelitian pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011) h.3
[10]
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html. Diakses pada 08 Oktober 2015
[11]
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html. Diakses pada 08 Oktober 2015
[12] Sitti Mania, Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial (Makassar: Alauddin University Press.
2013).h.11
[13]
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html. Diakses pada 08 Oktober 2015
[14] http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html. Diakses pada 08 Oktober 2015
[15] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta. 2009)h. 3
[16]
Sitti Mania, Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.12 -13
[17]
Sitti Mania, Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.14
[18]
Sitti Mania, Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.14-17
[19] Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . h. 2
[20] Wuradji,
“Pengantar Penelitian,” Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya. 2001. hal 3-4
[21]Muh.
Nazir, Metode Penelitian(Jakarta: Ghalia Indonesia: 2005). h. 29 - 31
[22] Noeng Muhadjir,Metodologi
Penelitian Kuantitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002)h.
mantap
BalasHapus