Sabtu, 21 Januari 2017

HUBUNGAN PENELITIAN DAN ILMU PENGETAHUAN

HUBUNGAN PENELITIAN DAN ILMU PENGETAHUAN


oleh : Hamsiati


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya. Manusia dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin tahu tersebut telah dapat ditemukan sejak manusia masih kanak – kanak. Pertanyaan – pertanyaan seperti “ini apa?”, “ itu apa?” “menagapa begini?”, “ mengapa begitu?”, “bagaimana hal itu bias terjadi?”, bagaimana memecahkannya?” akan ditemukan sepanjang sejarah manusia, dan manusia dengan dorongan rasa ingin tahunya akan senantiasa berusaha mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan tersebut.
Adanya dua wujud tanggapan manusia terhadap realitas alamiah yaitu disamping ia mengamati alamnya sebagai sesuatu yang statis, ia juga mengamati alamnya sebagai sesuatu yang berubah dan berkembang atau sbagai sesuatu yang dinamis, merupakan salah satu penyebab munculnya persoalan yang mendorong manusia untuk selalu mencari jawabannya. Pencaraian jawaban itu dilakukannya melalui penelitian terhadap realitas alamiah yang memunculkan persoalan tersebut. Dengan demikian, penelitian tidak lain adalah ikhtiar manusia yang dilakukan daam upaya pemecahan masalah yang dihadapi.[1]
Namun, patut dicatat bahwa tidak semua kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah disebut penelitian. Hal ini sangat tergantung pada jenis masalah yang ingin dicari jawabannya serta prosedur ( cara) yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Apabila masalah yang ingin dicari jawabannya itu merupakan masalah biasa dan prosedur pemecahannya dapat dilakukan secara langsung, tidak dapat dikategorikan sebagai penelitian ilmiah. Mislanya, seseorang yang ingin mengetahui penyebab kakinya tersa sakit bila berjalan, karena duri yang tertusuk ke dalam kakinya masih tertinggal. Oleh karena itu untuk mengetahui penyebab kakinya terasa sakit dapat dilakukan secara langsung dengan mengeluarkan duri yang masih tertinggal di dalam kakinya itu.  
Penelitian merupakan semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.[2]
Penilitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger ( 1993 ) adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi – proposisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.[3]
Penelitian bahasa adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur ( bahasa ).
Penelitian terhadap objek sasaran yng berupa bahasa ( bunyi tutur ) itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian yang berupa bunyi tutur itu( termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan terinci; penyeleksian dan penentuan variable – variable dan instrumen – instrumen yang akan digunakan); menghubungkan maslah tersebut dengan teori – teori linguistik tertentu; penyediaan data, analisis, interpretasi data; sampai pada penarikan kesimpulan serta menggabungkan kesimpulan – kesimpulan tersebut ke dalam khazanah ilmu bahasa ( linguistik ).
Terkontrol, maksudnya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam masing – masing tahapan itu dapat dikontrol baik proses pelaksanaan kegiatannya maupun hasil yang dicapai melalui kegiatan tersebut. Hal ini memungkinkan pakar lain yang berminat melakukan hal yang sama untuk pengujian kembali hasil yang dicapai dari penelitian yag pernah dilakukan. Termasuk dalam sifat terkontrol ini adalah penggunaan metode dan teknik – teknik tertentu ( tentunya terkandung pula makna pengabaian metode dan teknik tertentuyang sengaja tidak dipilh karena sesuatu alasan ) memiliki dasar logika pemilihan yang dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai. Dari sinilah si peneliti dapat mengontrol pemilihan dan tujuan pemilihan penggunaan metode atau teknik tertentu itu.
Penelitian bahasa yang bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang menjadi objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar – benar hidup dalam pemakaian bahasa, jadi benar- benar bersumber pada fakta lingual yang senyatanya digunakan oleh penuturnya, bukan fakta lingual yang diikirkan oleh si penutur yang menjadi informannya. Adapun yang dimaksudkan dengan penelitian bahasa yang bersifat kritis adalah kritis terhapap hipotesis – hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terjadi antara bunyi tutur sebagai objek penelitian bahasa dengan fenomena ekstralingual yang memungkinkan bunyi tutur itu muncul. Sebagai contoh, dalam kajian variasi bahasa ( kajian secara dialektologis) mungkin kita akan tergoda untuk membuat suatu hipotesis bahwa suatu bahasa dapat memunculkan berbagai varian yang disebabkan factor perbedaan tempat tinggal penutur- penutur bahasa tersebut. Hipotesis tentang munculnya varian dalam bahasa tertentu ini mungkin ada benarnya, tetapi kita juga tidak hanya terpaku pada hipotesis ini karena ternyata berbagai kelompok penutur bahasa itu yang berbeda tempat tinggalnya secara secara geografis tidak juga membuat makna tertentu memiliki realisasi secara formatif berbeda. Dapat saja perbedaan itu muncul karena factor sosio – psikologis penutur – penutur bahasa itu, yang ingin tampil dengan bentuk bahasa yang berbeda pada medan makna tertentu., seperti munculnya varian yang bersifat sosiologis yang tidak lagi terkait dengan factor perbedaan tempat tinggal penuturnya. Selain itu, pengertian kritis dapat pula mengandung makna kreatif, yaitu jika si peneliti dalam melaksanakan penelitiannya dengan menggunakan metode penyediaan data tertentu dalam tahapan penyediaan data, ternyata dengan metode itu data yang diharapkan muncul tidak juga terjaring. Maka, dia harus segera melakukan revisi metodologi, jadi tidak terpaku pada apa yang telah direncanakan, tetapi harus berani mengubah rencana jika tidak mencapai apa yang diharapkan.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah ini, rumusan masalah dapat dibatasi sebagai berikut:
1.      Apa hubungan ilmu pengetahuan dengan penelitian?
2.      Apa pengertian, tujuan dan karakteristik Penelitian?
3.      Bagaimana asas – asas penelitian itu?
4.      Bagaimana Penggolongan penelitian itu ?









BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara – cara penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan. Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang sama, yaitu menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang diperoleh berdasarkan data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut caraatau prosedur ilmiah.
Dalam sejarah upaya mencari kebenaran ilmiah ini semua disiplin ilmu, termasuk ilmu bahasa ( linguistik ) telah mengalami beberapa tahap perkembangan, yaitu tahap spekulasi, tahap observasi, dan tahap penyusunan teori.[4]
Misalnya dalam bidang linguistik tahap pertama, yaitu tahap spekulasi, berlangsung dan terjadi ketika orang merumuskan atau menjelaskan kaidah berdasarkan spekulasi belaka, tanpa didukung oleh dataempiris. Misalnya, sampai abad pertengahan banyak orang berpendapat bahwa pada mulanya hanya ada satu bahasa, yaitu bahasa Ibrani. Kemudian karena orang – orang banyak berdosa maka Tuhan menghukum mereka dengan memberinya berbagai bahasa yang berbeda agar mereka susah berhubungan satu sama lain. Pendapat seperti ini jelas tidak ada data empirisnya. Oleh karena itu, pendapat seperti ini bias dikatakan hanyalah berdasarkan spekulasi belaka. Contoh lain, sampai akhir abad ke -17 seorang filosuf Swidea menyatakan bahwa di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swidea. Adam berbicara dalam bahasa Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa prancis.[5] Pendapat inipun bersifat spekulatif karena tidak ada data empirisnya. Oleh karena itu kesimpulan yang dibuat pada tahap spekulasi ini adalah tidak bersifat ilmiah.
Tahap kedua disebut tahap observasi dan  terklasifikasi. Pada tahap ini para ahli hanya mengumpulkan dan mengklasifikasikan data bahasa secara cermat tanpa membuat suatu teori. Penelitian atau kajian seperti ini belum dapa dikatakan brsifat ilmiah karena belum sampai pada perumusan teori atau peumusan hipotesis. Enelitian tahap dua ini di Indonesia banyak dilakukan oleh para pakar asing ( Belanda, Jerman, dan sebagainya) terhadap bahasa –bahasa di Indonesia sebelum perang dunia kedua. [6] Untuk penelitian lebih lanjut hasil penelitian mereka besar sekali sumbangannya, dan keberadaanya tidak bisa diabaikan begitu saja. Malah rasanya kita pun kini masih harus melakukan observasi dan klasifikasi terhadap bahasa – bahasa daerah yang ada di Indonesia mengingat etapa luasnya bahasa – bahasa daerah yang perlu di data dan didokumentasikan untuk kepentingan pembangunansecara umum.
Dewasa ini penelitian dalam bidang linguistik telah memasuki tahap ketiga, tahap penelitian sebenarnya yang bersifat ilmiah karena pada tahap ini telah diajukan pertanyaan – pertanyaan terhadap masalah – masalah yang diteliti, pengajuan hipotesis dan pengujiannya dengan data – data empiris yang dikumpulkan. Pelbagai aspek bahasa Indonesia ( dan juga bahasa – bahasa daerah ) telah diteliti orang secara ilmiah dengan menggunakan teori tertentu.
Kalau dikatakan ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang erat, dimana prosesnya tampak berjalinan, memanglah tidak dapat disangkal. Umpamanya, sebelum orang “ mengenal” ikan paus, ikan lumba – lumba, dan ikan pesut, orang sudah mempunyai pengetahuan ( yang dirumuskan berdasarkan penalaran induktif ) bahwa ikan bernapas dengan insang. Namun, kemudian, dengan ditemukannya data dan fakta bahwa ketiga ikan tersebut tidak bernapas dengan insang. Melainkan dengan paru – paru, maka menjadi tantangan bagi kita untuk meneliti lebih lanjut dan merumuskan teori baru apa sebenarnya yang menjadi cirri hakiki binatang yang disebut dengan ikan itu. Sebab teori atau kesimpulan bahwa ikan bernapas dengan insang menyatakan bahwa ketiga binatang itu ( paus, lumba – lumba, dan pesut ) bukanlah ikan, dengan alasan karena ketiganya tidak bernapas dengan insang padahal wujud fisiknya adalah ikan.
Contoh lain, dalam bidang linguistik Indonesia ada rumusan bahwa bunyi {p} pada awal kata akan luluh menjadi bunyi nasal {m} apabila diberi prefix {me-}. Namu kin banyak data empiris ditemukan yang menyalahi kaedah itu, seperti pada kata mempunyai, mempesonakan, mempedulikan dan mempengaruhi. Dewasa ini memang ada surat kabar (yaitu Media Indonesia) yang meluluhkan konsonan {p} pada keempat kata itu; tetapi secara umum, dalam khalayak yang lebih luas, konsonan {p} pada keempat kata itu tidak diluluhkan.[7] Contoh lain dalam pelbagai kajian struktural terhadap Bahasa Indonesia ada kaidah yang menyatakan bahwa ciri kata- kata yang berkategori ajektifa adalah dapat diberi kata keterangan tingkat sangat.[8] Namun, banyak data empiris yang bukan berkategori ajektifa dapat diberi kata keterangan sangat. Misalnya, sangat membantu, sangat berhasil, dan sangat mengecewakan. Jadi, kaidah bahwa penanda kelas ajektifa adalah kata sangat perlu dikaji kembali.
Dari contoh yang diberikan tampak bahwa suatu teori yang telah menjadi pengetahuan umum dapat berubah apabila dalam penelitian lebih jauh ditemukan data- data empiris baru yang menyangkal keabsahan teori atau kaidah tersebut.
Proses penelitian yang merumuskan teori dari data empiris ( yang telah dikumpulkan ) disebut menggunakan metode induktif atau penalaran secara induktif. Lalu, kemudian kalua teori yang telah dirumuskan itu diujji kembali dengan data empiris lain yang baru didapati atau ditemukan disebut menggunakan metode deduktif atau penalaran secara deduktif. Penelitian Bahasa menggunakan metode itu,sebab penelitian bahasa terjadi dan harus dilakukan secara berulang- ulang terus – menerus dimulai dari data ke teori, ke data baru, ke teori lagi, ke data baru lagi dan seterusnya. Asas ini sesuai dengan prinsip keilmuan yang bersifat dinamis dan tak kenal henti.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa ilmu dan penelitian merupakan dua fenomena yang terikat satu sama lain dalam suatu proses berkesinambungan yang disebut proses ilmiah atau proses kegiatan ilmiah.
B.   Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik Penelitian
1)   Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan bentuk nomina dari kata kerja: meneliti.  Pengertian meneliti dimaksudkan sebagai tindakan melakukan kerja  penyelidikan secara cermat terhadap suatu sasaran untuk memperoleh hasil tertentu. Kata penelitian yang merupakan bentuk pembendaan dari kata kerja  meneliti mengandung makna sebagaimana yang terdapat pada kata meneliti. Penelitian dipandang sebagai sinonim riset (reseach) yang menunjukkan arti kegiatan yang diarahkan pada kerja pencarian ulang, atau pencarian kembali atas suatu objek, yaitu kegiatan yang memerlukan ketelitian, kecermatan, dan kecerdasan yang memadai.
Penelitian menurut para ahli:
Sukardi dalam bukunya menjelskan penelitian itu adalah cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahn atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention.[9]
Soerjono Soekanto mengemukakan, Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.[10]
Sanapiah Faisal  mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu aktivitas dalam menelaah suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara tertata dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan kebenarannya mengenai dunia alam dan dunia sosial.[11]
Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empiric. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data dengan menggunakan metode dan teknik tertentu.[12]
Hill Way diungkapkan dalam bukunya Introduction to Research yang mendefinisikan bahwa penelitian merupakan metode studi yang sifatnya mendalam dan penuh kehati-hatian dari segala bentuk fakta yang bisa dipercaya atas suatu masalah tertentu guna untuk membuat pemecahan masalah tersebut.[13]
Parson  mengungkapkan bahwa penelitian ialah suatu pencarian atas segala sesuatu yang dilakukan secara sistematis, dengan penekanan bahwa pencariannya dilakukan pada masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan penelitian.[14]
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka kesimpulan dari penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu  masalah atau pengetahuan guna mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut.
2)   Tujuan Penelitian
Sugiyono mengemukakan bahwa setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu dipergunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.[15]
Hal ini sejalan dengan pendapat Siti Mania, terkait ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu:
a.       Tujuan eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu ( ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui penelitian betul – betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa tujuan eksploratif bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau peristiwa melalui penjajakan yang dilakukan secara tidak sistematis, tidak berpola, tidak berdasar pada hipotesis dan tidak melakukan penarikan sampel. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode bola salju, yaitu dengan jalan bertanya pada satu responden yang kemudian dilanjutkan kepada responden yang lain, sampai diperoleh jawaban yang memuaskan. Misalnya suatu penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpinan efektif dalam MBS.
b.      Tujuan verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu ( ilmu pengetahuan) yang tela ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan.
c.       Tujuan pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu ( ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangakan atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Contohnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran Bahasa Arab yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran bidang studi lain.[16]
Dan peranan penelitian meliputi :
  1. Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
  2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
  3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
3)      Karakteristik Penelitian
Penelitian ilmiah mempunyai delapan karakteristik utama yaitu: ada tujuan, ada keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan, obyektif, berlaku umum, dan efisien.[17]
a.       Ada tujuan
Suatu penelitian suatu penelitian dimaksudkan untuk dapat membantu memcahkan masalah. Meskipun penelitian tidak memberi jawaban langsung terhadap permasalahn akan tetapi hasilnya harus mempunyai kontribusi dalam usaha pemecahan masalah. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi keputusan serta tindakan pemecahan masalah. Oleh karena itu, penelitian memiliki yujuan yang lebih luas daripada sekedar melihat hubungan yang terjadi diantara variable atau gejala yang diteliti. Di samping itu, penelitian juga mempunyai tujuan yang lebih dalam daripada sekedar memperlihatkan perbedaan yang ada di antara kelompok – kelompok subyek yang terlihat dalam sampel.
b.      Ada keseriusan
Keseriusan dalam penelitian mengandung arti ada kehati-hatian dan kepastian. Karena itu diperlukan dasar teori yang baik dan rancangan penelitian yang mantap sehingga keseriusan penelitian juga meningkat. Oleh karena itu penelitian harus didasarkan pada jumlah sampel yang refresentatif dan dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang benar.
c.       Dapat diuji
Suatu penelitian hendaknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji dengan menggunakan metode statistic tertentu. Pengujian tersebut didasarkan atas pengalaman – pengalaman lembaga – lembaga lain dan juga atas dasar hasil penelitian sebelumnya. Dari kegiatan pengujian tersebut dapat ditemukan apakah hipotesis itu ditolak atau diterima.
d.      Dapat direplikasikan
Hasil uji hipotesis yang merupakan penemuan penelitian itu harus berkali – kali di dukung dengan kejadian yang sama apabila penelitian itu harus dilakukan berulang – ulang dalam kondisi yang sama. Kalau hal itu terjadi, maka dapat diyakini bahwa penelitian tersebut bersifat ilmiah. Artinya, hipotesis penelitian diterima bukan karena kebetulan.
e.       Presisi dan keyakinan
Presisi menunjukkan seberapa dekat penemuan itu terhadap realita atas dasar sampel yang digunakan. Presisi mencerminkan derajat kepastian dari penemuan terhadap gejala yang dipelajari. Keyakinan menunjukkan kemungkinan dari kebenran estimasi yang dilakukan. Hasil estimasi tidak hanya perlu tepat tetapi juga dikatakan bahwa 95 % dari seluruh kesempatan yang ada akan ditemuka bahwa hasil penelitian benar 5 % menyatakabn bahwa penemuan tidak benar. Pada umunya penemuan itu diterima dan biasanya dinyatakan sebagai derajat kepastian (significance level ) sebesar 5 %. Semakin tepat dan meyakinkan sasaran penelitian maka semakin ilmiah penyelidikan yang dilakukan dan semakin berguna pula hasil penelitian tersebut.

f.       Obyektivitas
Kesimpulan yang ditarik dari suatu penelitian harus bersifat obyektif, artinya hasil tersebut harus didasarkan pada fakta yang diperoleh dari data aktual dan bukan atas dasar penilaian subyektif.
g.      Berlaku umum
Semakin berlaku umum hasil suatu penelitian akan semakin berguna penelitin tersebut. Hasil penelitian yang berlaku umum menunjuk pada cakupan dari ada tidaknya hasil penelitian itu diterapkan dalam berbagai keadaan. Semakin luas cakupan penerapan yang dapat ditimbulkan oleh hasil penelitian itu akan semakin berguna penelitian tersebut bagi mereka yang menggunakannya.
h.      Efisien
Efisien dapat dicapai jika peneliti dapat membangun kerangka penelitian yang melibatkan sedikit variabel, namun dapat menjelaskan suatu kejadian daripada banyak variabel, tetapi hanya sedikit menjelaskan variasi dari variabel atau gejala yang ingin dijelaskan. Oleh karena itu, kesederhanaan dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dan aplikasi pemecahan masalhnya seringkali lebih disukai daripada kerangka penelitian yang kompleks yang menunjukkan sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola.[18]

C.   Asas Asas Dasar Penelitian
Secara umum asas-asas dasar penelitian meliputi:
1.      Sistematis
Proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah – langkah tertentu yang bersifat logis.[19]
2.      Menghasilkan pengetahuan yang:
a.       Valid : berhubungan dengan seberapa jauh hasil penelitian dapat diinterpretasi (dimaknai) secara akurat dan seberapa jauh hasilnya dapat digeneralisasi dan diimplemetasikan pada populasi dan situasi yang lain
b.      Validitas internal mengarah kepada ketepatan pemahaman hasil penelitian dan validitas eksternal mengarah kepada penggeneralisasian hasil penelitian
c.       Realibel internal menunjukkan seberapa jauh pengumpulan data, analisis data dan pemahaman yang dilakukan penelitian konsisten dalam pemaknaan; realibel eksternal menunjukkan seberapa jauh peneliti lain yang independen dapat mengulang penelitian dan menunjukkan hasil yang sama dalam setting yang serupa.
d.      Objektif mengarah kepada penelitian yang terbebas dari campur tangan atau unsur-unsur subjektif
3.      didukung data empiris[20]
data – data yang diperoleh dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui data – data yang ada.
D.  Penggolongan Penelitian
Penelitian berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :
1.      Penelitian dasar (basic Reasearch) bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Jenis penelitian in tidak berorientasi pada hasil yang dapat dimanfaatkan dengan segera untuk memecahkan problem yang mendesak.
2.      Penelitian terapan (applied Reasearch) bertujuan untuk memecahkan problem mendesak dan hasilnya dapat dimanfaatkan dengan segera dalam kehidupan praktis. Salah satu tipe dari penelitian terapan adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian ini dilakukan oleh guru atau manager atau administrator bertujuan untuk bahan pengambilan keputusan dalam ruang lingkup lokal. Penelitian ini tidak banyak menuntut untuk melakukan generalisasi.[21]
Berdasarkan desain metodologinya, penelitian digolongkan menjadi:
1.      Penelitian experiment: mengandaikan situasi penelitian di mana peneliti setidaknya memanipulasi satu variabel penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hasil yang berbeda dari pengaturan atau perubahan variable independen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mencari hubungan sebab akibat. Karena itu penelitian ini juga dikenal dengan istilah penelitian kausal-komparatif.
2.      Penelitian ex-post facto: peneliti tidak berusaha mengendalikan atau mengatur/mengontrol/memanipulasi variabel independen karena variabel penelitiannya sudah terjadi. Variabel independen tersebut biasanya muncul atau terjadi dalam setting alami. Dari variabel-variabel yang telah muncul secara alami tersebut, peneliti berusaha menemukan hubungan antar variabel.
3.      penelitian survey: mengendalikan variabel penelitian yang dilakukan saat penelitian dilaksanakan. Ciri yang membedakan penelitian survey ini dengan penelitian lainnya adalah data pada penelitian survey merupakan current status (present conditions).
4.      penelitian historis: merupakan kegiatan penelitian untuk memecahkan masalah di mana peneliti menggali data yang telah terjadi pada masa lampau. Tujuannya untuk mendeskripsikan fakta-fakta pada masa lampau.
5.      Penelitian ethnography: pada umumnya dihubungkan dengan penelitian-penelitian pada antropologi. Untuk penelitian-penelitian kemasyarakatan, ethnography merupakan pendekatan penelitian. Penelitian ini merupakan pendeskripsian secara analitik dan mendalam tentang situasi cultural yang spesifik.
6.      Content analysis; berusaha menganalisis dokumen untuk diketahui isi dan makna yang terkandung dalam dokumen tersebut. Macam-macam dokumen yang dijadikan data penelitian di antaranya: karangan tertulis, gambar, grafik, lukisan, biografi, fotografi, laporan, buku teks, surat kabar, film, buku harian, dan majalah. [22]










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara – cara penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan. Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang sama, yaitu menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang diperoleh berdasarkan data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut caraatau prosedur ilmiah.
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu  masalah atau pengetahuan guna mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Peranan penelitian meliputi: pemecahan Masalah dan memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan.dan Penelitian ilmiah mempunyai delapan karakteristik utama yaitu: ada tujuan, ada keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan, obyektif, berlaku umum, dan efisien.
Secara umum asas-asas dasar penelitian meliputi: Sistematis, menghasilkan pengetahuan yang( valid ,validitas internal ,realibel internal; realibel eksternal, Objektif), dan didukung data empiris.
Penelitian berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu : Penelitian dasar (basic Reasearch),Penelitian terapan (applied Reasearch) dan berdasarkan desain metodologinya, penelitian digolongkan menjadi: Penelitian experiment, penelitian ex-post facto, penelitian survey, penelitian historis, penelitian ethnography, dan content analysis.









DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. Kajian Bahasa, Struktur Internal, Pemakaian, & Pemelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Ar- ruzz Media. 2012
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa,Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (edisi revisi), Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Mania, Siti, Metodologi Penelitian Pendidikan & Sosial, Makassar: Alauddin University Press. 2013.
Moleong, Lexi j. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2007.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Nazir, Muh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005
S. Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta: 2009
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi & Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.


[1] Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, metode, dan tekniknya, edisi revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h.1
[2] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997). h. 1
[3] Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, metode, dan tekniknya. h. 2
[4] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,( Jakarta: Rineka Cipta, 2007). h. 1
[5] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, h. 2
[6] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, h. 2
[7] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, h. 3
[8] Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, h. 3
[9] Sukardi, Metodologi Penelitian pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.3
[12] Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Makassar: Alauddin University Press. 2013).h.11
[15] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta. 2009)h. 3
[16] Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.12 -13
[17] Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.14
[18] Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial .h.14-17
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . h. 2
[20] Wuradji, “Pengantar Penelitian,” Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. 2001. hal 3-4
[21]Muh. Nazir, Metode Penelitian(Jakarta: Ghalia Indonesia: 2005). h. 29 - 31
[22] Noeng Muhadjir,Metodologi Penelitian Kuantitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002)h.

1 komentar: